Tanya Bayar Zakat kepad Orang Tua ? Zakat Dgn Piutang [tanggapan]

Tanya Bayar Zakat kepad Orang Tua ? Zakat Dgn Piutang [tanggapan]

Wa 'alaikumus-salaamu wa rahmatullah

Al-Hamdu Lillah, semoga Allah Ta'ala senantiasa membimbing ana dan antum semua dalam mengenali kebenaran melalui jalan menuntut 'ilmu Dien, kemudian kita berpegang teguh dengan kebenaran (Al-Haqq).

MASALAH PERTAMA : Tanya Bayar Zakat Kepada Orang Tua?
[Ana katakan] Disalin dari buku Pedoman Zakat Tengku Hasbi Ash-Shiddieqy rahimahullah hal.210-211, cet. 7/1991, Bulan Bintang. Di bawah Bab 124.Orang-orang Yang Haram Menerima Zakat.

[Awal salinan]
3) Bapa-bapa dan anak-anak dari pemberi zakat.
Sepakat para fuqaha menetapkan, bahwa tidak boleh memberikan zakat kepada ayah dan kepada kakek, ibu dan nenek, anak, cucu, baik dari anak lelaki maupun dari anak perempuan. Karena orang yang memberi zakat (muzakki-peny.) itu wajib menafkahi ayah-ayahnya walaupun sudah tinggi (?) dan anak-anaknya walaupun sudah jauh, apabila mereka fakir. Karena itu mereka (orang-orang yang disebut-peny.) dipandang kaya dengan kayanya orang yang memberi zakat (muzakki-peny.) itu. Maka memberikan zakat kepada mereka, berarti menghindarkan diri dari memberi nafkah.
Dalam pada itu, Malik mengecualikan kakek, nenek, cucu dari anak lelaki. Beliau membolehkan seseorang memberikan zakat kepada kakeknya, neneknya dan cucu dari anak lelaki ini, karena nafkah mereka tidak diwajibkan atasnya.
Menurut pendapat Al-Imam Ibnu Taimiyyah : "Boleh kita memberikan zakat kepada dua ibu bapa apabila kita tidak sanggup memberi belanja kepada mereka, sedang mereka berhajat kepada zakat kita itu. Apabila bapa-bapa dan anak-anak kita kaya dan mereka berperang di jalan Allah, maka boleh kita berikan kepada mereka bahagian Sabilillah, sebagaimana boleh kita memberikan bagian Gharimin (orang yang berhutang) dan bahagian 'alimin (? - demikian tertulis, mungkin maksudnya 'amilin/petugas zakat-peny.)."

4) Isteri si pemilik harta.
Kata Ibnul-Mundzir : "Ahli 'ilmu sependapat bahwa tak boleh si suami memberikan zakatnya kepada isterinya, karena nafkahnya wajib atas si suami. Si isteri tak perlu mengambil zakat, karena nafkahnya sudah dipikul suami, tetapi apabila berhutang, maka boleh diberikan bagian gharimin.
[Akhir salinan]

Kesimpulannya :
[Ana katakan] Orang-orang yang wajib seorang muzakki berikan nafkah maka tidak boleh berzakat kepadanya.

-------
MASALAH KEDUA :
[Ana katakan] Pada buku yang sama hal.217-218, tertulis bab :

[Awal salinan]
130. Menggugurkan Hutang Dengan Zakat
Kata An-Nawawy dalam Al-Majmu' : "Sekiranya seseorang fakir mempunyai hutang lalu yang memberi hutang itu menjadikan hutang tersebut sebagai ganti zakatnya, umpamanya dia berkata : aku jadikan hutangmuitu sebagai ganti zakatnya - maka para ulama dalam soal ini ada dua pendapat.
Yang lebih sahih dari keduanya, tidak sah. Demikianlah pendapat Ahmad dan Abu Hanifah. Hal ini ialah : karena zakat masih dalam tanggungannya, tidak lepas ia melainkan dengan diberikan dan diterima oleh orang yang menerima.
Pendapat yang kedua, sah. Inilah pendapat Al-Hasan dan 'Atha'. Mengingat jika diberikan kepadanya, kemudian diambil kembali, sah. Maka kalau demikian, sah juga ini, walaupun tidak diterima nya. Apabila seseorang menyimpan sebagai petaruhan beberapa dirham, lalu diberikan kepadanya sebagai zakat, sah zakatnya, baik diterimanya atau tidak.
Adapun apabila ia memberikan zakat dengan syarat dikembalikan sebagai pembayar hutang, maka tidak sah pemberian itu dan tiada pula terlepas dari pada wajib memberi zakat. Hal ini disepakati para ulama. Tidak sah membayar hutang dengan cara yang demikian. Jika kedua-duanya meniatkan yang demikian dengan tidak mensyaratkan, maka hal itu dibolehkan. Sah zakat dan terlepas dari hutang bila dikembalikan kepada yang memberi. (1)
(1) Fiqhus-sunnah 3:40; Al-Mughni 2:545.
[Akhir salinan]

Demikian, semoga mewakili.
Was-Salaamu 'alaikum wa rahmatullahi wa barakaatuh
Joh@n




sari alamaya wrote:
Assalamu alaykum.

Saya juga mau tanya, saya pernah
dengar bahwa zakat tdk untuk keluarga inti(ortu,
kakak-adik dll) benarkah? Lalu apakah bisa untuk
keluarga dekat yg lain, tp masih termasuk mahrom?
Wassalamu alaykum.

--- assunnah@yahoogroups.com
wrote:
Assalaamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuhu

Ana ada pertanyaan masalah Zakat, begini,
Jika ada seseorang berhutang pada kita, ambil misal 500 ribu rupiah, dan orang itu kita ketahui tidak sanggup membayar hutangnya tsb,dan diapun masih ada hubungan keluarga dg kita.
Kemudian kita udah waktunya untuk mengeluarkan Zakat,yaitu misalnya sebesar 500 ribu juga, maka bolehkah kita mengeluarkan Zakat kita tsb dengan cara menganggap lunas hutang orang tsb pada kita ?

Begitulah pertanyaannya, mohon bantuan ikhwan/akhwat sekalian utk menjawabnya atau menanyakan pada ustadz yang 'alim dalam masalah Zakat.

Wassalaamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuhu

0 komentar:

Daftar Blog Saya

Pengikut

TRANSLATE INTO YOUR LANGUAGE